Wednesday, February 23, 2011

Manfaat Tertawa Pada Bayi




MELIHAT bayi Anda tertawa tentu merupakan hal yang sangat menyenangkan. Sudah jadi hal yang lumrah bagi orang tua mengajak buah hatinya bermain dan bercanda yang kadang bisa membuat buah hatinya tertawa riang. Di samping kegiatan itu bisa mendekatkan ikatan antara ibu dan bayinya, ternyata bisa bermanfaat juga bagi kesehatan bayi kita.
Bunda, sebenarnya bayi Anda meniru Anda. Ia melihat bagaimana orang lain tertawa ketika melihat atau mendengar sesuatu. Ia mulai mencerna dan akhirnya meniru . Jadi ketika ada hal yang menurutnya lucu, ia langsung tertawa. Jangan kaget pula bila tawa bayi terkadang terdengar aneh, layaknya orang bernyanyi dengan teknik stakato dan bahkan tertawa terkekeh-kekeh dengan volume cukup keras. Sebenarnya ini karena laring-nya belum terbentuk sempurna sehingga ia belum bisa mengontrol tawanya.
Berikut manfaat tertawa yang bisa di dapat bayi Anda:
  • Bagi bayi, tertawa selama 1 menit sama seperti melakukan olahraga 20 menit. Jadi, saat bayi Anda tertawa, ia berolahraga.
  • Tertawa dapat merangsang otak bayi untuk memproduksi hormon yang bisa memicu pelepasan endorfin (zat pembunuh rasa sakit)
Mengetahui manfaatnya tentu kita jadi lebih semangat mengajaknya bermain dan bercanda. Namun, kadang sulit juga sampai bisa membuatnya tertawa.  Untuk bisa tertawa, kita butuh “kejutan” (suprise). Berikut adalah beberapa “kejutan” yang bisa merangsang si kecil tertawa.
  • Gerak-gerakkan wajah Anda. Kadang-kadang, dengan menjulurkan lidah Anda dan sedikit tarikan wajah. Bahkan, kerlingan mata Anda pun sudah bisa membuat bayi tergelak-gelak.
  • Gelitik pinggang atau telapak kakinya dengan jari-jari Anda, atau ciumi perutnya, biasanya bayi akan tertawa terbahak.
  • Bermain ciluk ba. Tutup dan buka kembali wajah Anda dengan telapak tangan, dengan sedikit tarikan wajah yang menunjukkan senyum atau tawa Anda. Bayi akan bertambah senang jika disertai sedikit suara yang mengagetkan. Atau, buat “tirai” yang membatasi  bayi dengan Anda. Ketika  “tirai”-nya dibuka dengan cepat, bayi akan melihat wajah Anda yang semula “hilang”, muncul kembali dengan penuh tawa.
  • Menyanyikan lagu anak-anak dengan mengayun-ayunkan tubuhnya di pangkuan Anda.  Pada akhir lagu, buat sedikit kejutan dengan mengeraskan beberapa kata. Biasanya, bayi akan menyukainya dan tertawa tergelak-gelak. 

    Sumber: bayisehat.com

Tuesday, February 22, 2011

Efek Psikologis pada Anak yang Sering Ditinggal Orangtuanya

Contoh kasus ini sangat jamak terjadi di kehidupan kita, karena itu kami sepakat mengangkat pertanyaan dari seorang pengunjung setia InfoAnak.com menjadi sebuah artikel agar bisa bermanfaat bagi pembaca yang lain.


Berikut ini cuplikan dari pertanyaan seorang Ibu:

Tetangga saya mempunyai seorang anak laki-laki baru berumur 3 tahun, Ayahnya maerantau ke Jakarta. Ibunya kerja di pabrik tidak jauh dari rumah. Setiap hari, anak tersebut ditinggal oleh orangtuanya. Otomatis kurang mendapat perhatian. Kira-kira apakah efek negatif yang akan dialami anak itu baik secara psikologi maupun perkembangan kecerdasan anak tersebut?

Jawab:

Anda orang yang peduli dan perhatian sekali dengan anak, sungguh sangat menyenangkan mempunyai tetangga yang peduli dengan sesama.

Dengan sangat terbatasnya informasi, saya akan menjawab pertanyaan Anda.

Baik dan buruknya anak tergantung bagaimana orang tua mengasuh dan mendidik anak. Saat ini, karena sudah merupakan tuntutan banyak ibu yang bekerja, bahkan sampai keduanya berpisah kota hanya untuk memenuhi nafkah keluarga, seperti yang dialami oleh tetangga Anda. Namun keadaan yang terjadi bukanlah suatu akhir yang buruk, tetapi bagaimana kita bisa menyikapi secara positif dari segala keadaan. Nah, untuk ibu yang bekerja, belum tentu akan berkibat buruk kepada anak, tetapi bagaimana orang tua mengasuh dan mendidik anaknyalah yang akan menentukan pertumbuhan dan perkembangan dari anak. Berkaitan dengan kasus tetangga anda, meskipun ayah berbeda kota dan ibu bekerja, tetapi jika hubungan dalam keluarga bisa saling mengisi, terutama ibu bisa berperan ganda untuk anak, maka kemampuan anak masih dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tahapan perkembangannya.

Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan ibu:

1. Ketika ibu bekerja, siapakah pengganti dari ibu, karena peran pengganti figur ibu juga menentukan keoptimalan dari perkembangan anak. Untuk ibu perlu bekerja sama dengan pengasuh agar dapat terus memantau pertumbuhan dan perkembangan anak. Ibu harus aktif mencari tahu segala informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Ibu harus meluangkan waktu untuk memenuhi waktu yang hilang bersama dengan anak. Dengan demikian kedekatan emosional masih terus terjaga dan ibu bisa terus memberikan stimulus pada anak supaya pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berkembang secara optimal.
3. Anak yang tumbuh dengan sehat maka kemampuannya juga akan berkembang dengan baik, dengan kata lain anak yang sehat secara fisik maka kecerdasannya juga akan berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
4. Kecuali jika ada kasus-kasus khusus pada anak, misalnya autis, hiperaktif, dll maka hal ini diperlukan penanganan khusus.

Untuk Anda yang baik hati, Anda dapat membantu tetangga Anda dengan memberikan dukungan untuk selalu memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak. Banyak sekali informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak dan bagaimana kita merangsang pertumbuhan dan perkembangan agar anak dapat berkembang secara optimal. Untuk anaknya, jika di lingkungan anda ada PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), maka akan lebih baik jika si anak diajak untuk ikut, karena disana ia akan belajar bersosialisasi dan mengembangkan keterampilannya sehingga dapat meningkatkan kecerdasan anak.

Bayi Belajar Sejak Dalam Kandungan


APAKAH anak dalam kandungan benar-benar dapat belajar atau mempelajari kata-kata yang diucapkan oleh sang pendidik atau orang tuanya? Seperti yang dikatakan oleh F. Rene Van de Carr, M.D. Jawabannya ?ya?, tetapi tidak dengan cara seperti orang dewasa. Jika ia mempelajari sebuah kata-kata, maka ia dapat mengulanginya, mengenalinya dalam tulisan, memodifikasinya agar ia dapat berbicara dengan baik dan benar, dan menggunakannya dalam kalimat.

Proses pemikiran ini menunjukkan bahwa ia memahami kata-kata tersebut. Lain halnya dengan anak dalam kandungan, cara belajarnya jauh lebih mendasar. Ketika orang tuanya (khususnya sang Ibu) mengajarkan kata-kata kepada bayi dalam kandungannya, ia hanya mendengarkan bunyinya sambil mengalami sensasi tertentu. Misalnya, tatkala si Ibu mengatakan ?tepuk?, anak dalam kandungan mendengar bunyi ?t-e-p-u- dan k?, karena pada saat yang bersamaan si ibu menepuk perutnya. Kombinasi bunyi dan pengalaman ini memberi kesempatan bagi anak dalam kandungan untuk belajar memahami hubungan tentang bunyi dan sensasi pada tingkat pengenalan praverbal.

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam bidang perkembangan pralahir menunjukan bahwa selama berada dalam rahim, anak dapat belajar, merasa, dan mengetahui perbedaan antara gelap dan terang. Pada saat kandungan itu telah berusia lima bulan?setara dengan 20 minggu, kemampuan anak dalam kandungan untuk merasakan stimulus telah berkembang dengan cukup baik sehingga proses pendidikan dan belajar dapat dimulai atau dilakukan.

Kemudian, para ilmuwan bidang pendidikan anak dalam kandungan juga telah banyak melakukan riset baru dan riset ulang secara kontinu dengan membuat langkah-langkah dan metode baru mengenai praktek pendidikan pralahir. Mereka telah menemukan banyak hal, mengenai keistimewaan pendidikan pralahir ini, diantaranya adalah: peningkatan kecerdasan otak bayi, keyakinan lestari pada diri anak saat tumbuh dan berkembang dewasa nanti, keseimbangan komunikasi lebih baik antara anak (yang telah mengikuti program pendidikan pralahir) dengan orang tuanya, anggota keluarganya dan atau dengan lingkungannya dibanding dengan teman-temanya yang tidak mengikuti program pendidikan pralahir.

Berikut ini beberapa laporan yang sangat menggembirakan?bagi dunia pendidikan anak khususnya?dari F. Rene Van de Carr, M.D. dan Marc Lehrer, Ph.D. bahwa The American Association of The Advancement of Science pada tahun 1996 telah merangkum hasil penelitian sejumlah ilmuwan dalam bidang stimulasi pralahir dan bayi, antara lain sebagai berikut.

  1. Dr. Craig dari University of Al-abama menunjukkan bahwa program-program stimulasi dini meningkatkan nilai tes kecerdasan dalam pelajaran utama pada semua anak yang diteliti dari masa bayi hingga usia 15 tahun. Anak-anak tersebut mencapai kecerdasan 15 hingga 30 persen lebih tinggi.
  2. Dr. Marion Cleves Diamond dari University of California, Berkley, AS melakukan eksperimen bertahun-tahun dan mendapatkan hasil yang sama berulang-ulang bahwa tikus yang diberi stimulasi tidak hanya mengembangkan pencabangan sel otak lebih banyak dan daerah kortikal otak yang tebal, tetapi juga lebih cerdas dan lebih terampil bersosialisasi dengan tikus-tikus lain.

Selain itu, menurut F. Rene Van de Carr, dkk.. bahwa The Prenatal Enrichment Unit di Hua Chiew General Hospital, di Bangkok Thailand, yang dipimpin Dr. C. Panthuraamphorn, telah melakukan penelitian yang sama terhadap bayi pralahir, dan hasilnya disimpulkan bahwa bayi yang diberi stimulasi pralahir cepat mahir bicara, menirukan suara, menyebutkan kata pertama, tersenyum secara spontan, mampu menoleh ke arah suara orang tuanya, lebih tanggap terhadap musik, dan juga mengembangkan pola sosial lebih baik saat ia dewasa.

F. Rene Van de Carr, M.D., dkk.. telah lama melakukan penelitian ini, kurang lebih sejak 22 tahun yang lalu. Menurut pandangannya, penelitian tersebut menunjukkan beberapa hal berikut ini pada bayi-bayi yang mendapatkan stimulasi pralahir.

  1. Tampaknya ada suatu masa kritis dalam perkembangan bayi yang dimulai pada sekitar usia lima bulan sebelum dilahirkan dan berlanjut hingga dua tahun ketika stimulasi otak dan latihan-latihan intelektual dapat meningkatkan kemampuan bayi.
  2. Stimulasi pralahir dapat membantu mengembangkan orientasi dan keefektifan bayi dalam mengatasi dunia luar setelah ia dilahirkan.
  3. Bayi-bayi yang mendapatkan stimulasi pralahir dapat lebih mampu mengontrol gerakan-gerakan mereka. Selain itu, mereka juga lebih siap menjelajahi dan mempelajari lingkungan setelah dilahirkan.
  4. Para orang tua yang telah berpartisipasi dalam program pendidikan pralahir menggambarkan anak mereka lebih tenang, waspada, dan bahagia.

Sebenarnya, keistimewaan-keistimewaan pendidikan anak dalam kandungan (anak pralahir) merupakan hasil dari sebuah proses yang sistematis dengan merangkaikan langkah, metode dan materi yang dipakai oleh orang tuanya dalam melakukan pendidikan (stimulasi edukatif) dan orientasi serta tujuan ke mana keduanya mengarah dan mendidik.  Bahkan dalam Islam, pendidikan pralahir ini hendaklah dimulai sejak awal pembuahan (proses nuthfah). Artinya, seorang yang menginginkan seorang anak yang pintar, cerdas, terampil dan berkepribadian baik (saleh/salehah), ia harus mempersiapkan perangkat utama dan pendukungnya terlebih dahulu.

Adapun persiapan yang perlu dilakukan adalah memulai dan melakukan hubungan biologis secara sah dan baik, serta berdoa kepada Allah swt. agar perbuatannya tidak diganggu setan dan sia-sia. Selain itu, menggantungkan permohonan hanya kepada Allah semata agar dikaruniai seorang anak yang shaleh. Kemudian setelah adanya proses nuthfah, atas kehendak Allah proses tersebut berlanjut menjadi mudhghah. Pada fase inilah tampak jelas adanya kehidupan seorang anak dalam rahim. Oleh karena itu, orang tuanya?khususnya sang ibu?harus memperlakukannya dengan baik.

Perlakuan yang baik itu di antaranya memberikan pelayanan yang tepat terhadap anaknya yang masih dalam kandungan, tidak melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang menimbulkan dampak negatif (baik fisik maupun psikis) terhadap anak dalam kandungan, karena hal tersebut sangat berbahaya, seperti yang diisyaratkan oleh Nabi Muhammad saw. dalam sabdanya,

?Anak yang celaka adalah anak yang telah mendapatkan kesempitan di masa dalam perut ibunya.? (HR Imam Muslim dari Abdullah Ibn Mas?ud)

Pelayanan yang sangat baik untuk masa anak dalam kandungan adalah memberikan stimulus pendidikan, yang akan bermanfaat tidak saja pada perkembangan fisik, pertumbuhan mental (psikis) tetapi juga meningkatkan kecerdasan otak dan sensitifikasi emosional positif sang anak yang berada di dalam kandungan.

Praktek memberikan stimulus pendidikan anak dalam kandungan telah dilakukan jauh sebelum teori dan praktek di atas dikembangkan. Konon, Nabi Zakaria telah memberikan stimulasi pendidikan pada anak pralahir yaitu anak yang dikandung oleh istrinya, sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur`an al-Karim surah Maryam (19) ayat 10?11. Di dalamnya dijelaskan bahwa pelayanan stimulasi pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Zakaria telah membuahkan hasil yang yang bagus, yakni anak yang memiliki kecerdasan tinggi dalam memahami hukum-hukum Allah. Selain itu digambarkan pula bahwa anak yang dikaruniai itu adalah sosok yang terampil dalam melaksanakan titah Allah, memiliki fisik yang kuat, sekaligus seorang anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya, sebagaimana diisyaratkan pada kelanjutan ayat 12?15 masih dalam surah yang sama. Bahkan, kemudian anak tersebut dipercaya dijadikan pewaris tunggal orang tuanya yakni tugas kenabian. Subhanallah.

Begitu juga dengan Nabi Adam a.s. tatkala istrinya Hawa, mengandung anak pertamanya dan pada tahapan kandungan yang masih ringan, ia merasa biasa saja berjalan seperti sedia kala, merasa tidak ada beban. Namun, tatkala usia kandungan itu bertambah yang ditandai dengan perut yang terus membesar di situlah ia merasakan kepayahan dan keberatan. Saat itulah, Siti Hawa dengan sedih mengadu kepada suaminya, Nabi Adam a.s. tentang keadaan perutnya yang kian hari kian besar yang membuatnya dari hari ke hari merasa makin payah. Kondisi ini membuat Adam a.s. beserta istrinya bersama-sama memohon kepada Allah dengan sebuah doa yang sangat filosofis yaitu,?... Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.? (al-A?raaf: 189)

Ini adalah suatu praktek pendidikan anak dalam kandungan yang dilakukan secara bersama antara suami dan istri dengan kesamaan visi dan misi yaitu orientasi pendidikan yang bersumber pada motivasi untuk memurnikan keesaan Allah semata. Sebuah kondisi yang membuahkan keridhaan Allah sehingga dengan curahan rahmat-Nya keberkahan pun mengalir mengiringi laju bahtera rumah tangga tersebut.

?Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka, setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata, ?Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur.?? (al-A?raaf : 189) Sumber: namaislami.com

Menakar Kujujuran

Suatu hari seorang saudagar perhiasan di zaman Tabiin bernama Yunus bin Ubaid, menyuruh saudaranya menjaga kedainya karena ia akan melaksanakan shalat. Saat itu datanglah seorang Badui yang hendak membeli perhiasan di kedai tersebut. Maka terjadilah jual beli di antara Badui dan penjaga kedai yang diamanahkan tuannya. Satu barang perhiasan permata yang hendak dibeli harganya 400 dirham. Saudara Yunus menunjukkan barang yang sebetulnya harganya 200 dirham. Barang tersebut dibeli oleh Badui tadi tanpa diminta mengurangkan harganya.

Di tengah jalan, dia berpapasan dengan Yunus bin Ubaid. Yunus lalu bertanya kepada si Badui yang membawa perhiasan yang dibeli dari kedainya. Sementara dia mengenali barang tersebut adalah dari kedainya. Yunus bertanya kepada Badui itu, “Berapakah harga barang ini kamu beli?”

Badui menjawab, “Empat ratus dirham.”

“Tetapi harga sebenarnya Cuma 200 dirham. Mari ke kedai saya supaya saya dapat mengembalikan uang selebihnya kepada Anda, “ kata Yunus lagi. “Biarlah, tidak perlu. Aku merasa senang dan beruntung dengan harga 400 dirham itu, sebab di kampungku harga barang ini paling murah 500 dirham.”

Tetapi saudagar Yunus itu tidak mau melepaskan Badui itu pergi. Didesaknya juga agar Badui itu kembali ke kedainya dan bila tiba dikembalikan uang lebih kepada Badui itu. Setelah Badui pergi, berkatalah Yunus pada saudaranya, “Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan dua kali ganda?”

“Tetapi dia sendiri yang mau membelinya dengan harga 400 dirham.” Saudaranya mencoba mempertahankan bahwa dialah yang benar.

Yunus berkata, “Ya, tapi di atas kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan saudara kita seperti memperlakukan terhadap diri kita sendiri.”

***

Jika kisah ini dapat dijadikan tauladan bagi pedagang-pedagang kita yang beriman, amatlah tepat. Karena ini menunjukkan pribadi seorang pedagang yang jujur dan amanah di jalan mencari rezeki yang halal. Jika semuanya berjalan dengan aman dan tenteram karena tidak ada penipuan dalam perniagaan.

Dalamhal ini Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah itu penetap harga, yang menahan, yang melepas, dan membagi rezeki, dan sesungguhnya aku harap bertemu Allah di dalam keadaan tidak seorang pun dari kata menuntut aku lantaran menzalimi jiwa atau harga.” (Diriwayatkan lima imam kecuali Nasa’i)

Thursday, February 10, 2011

Mahalnya Harga sebuah Kata "Bersyukur"

Taman Hikmah: Aku Tidak Menangis Karena….

”Aku tidak menangis karena uang itu, tetapi aku menangis karena Allah menjadikanku buang air (tanpa masalah) selama 70 tahun dan Dia tidak pernah mengirimkan tagihan.”

Sungguh, jika kita menghitung nikmat-nikmat Allah pada diri, maka takkan sanggup kita menghitungnya. Dan yang seringkali terjadi, kita melupakan nikmat-nikmat itu, dan baru terasa begitu berharga ketika kita kehilangan nikmat tersebut.

-----------------------

Dikisahkan, seorang kakek berusia 70 tahun mengidap sebuah penyakit; dia tidak dapat kencing. Dokter mengabarkan kepadanya kalau dia harus di operasi untuk menyebuhkan penyakitnya. Dia setuju untuk melakukan operasi karena penyakit itu telah menimbulkan sakit yang luar biasa selama berhari-hari.

Ketika operasi selesai, dokter memberikan tagihan pembayaran seluruh biaya operasi.
Kakek tua itu melihat pada kuitansi dan mulai menangis.

Meihatnya menangis, dokter pun berkata kepadanya: bila biaya-nya terlalu tinggi mereka dapat membuat pengaturan lain.
Orang tua itu berkata, ”Aku tidak menangis karena uang itu, tetapi aku menangis karena Allah menjadikanku buang air (tanpa masalah) selama 70 tahun dan Dia (Allah) tidak pernah mengirimkan tagihan.

Allah berfirman:
"Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).  ”(QS Ibrahim : 34)

Ibnu Katsir di dalam tafsirnya menjelaskan mengenai ayat tersebut di atas:
Allah memberitahukan, bahwa manusia tidak akan mampu menghitung berapa banyak nikmat Allah, apalagi mensyukurinya.

Disebutkan dalam ShahihAl-Bukhari bahwa Rasulullah shallallahualaihi wasallam bersabda:
”Ya Allah bagimu segala puji, pujian yang tidak mencukupi tidak mungkin ditinggal-kan dan selalu dibutuhkan, wahai Rabb kami.

”Dan diriwayatkan dalam sebuah atsar bahwa Nabi Dawud alaihis salam berkata:
“Ya Rabb, bagaimana aku dapat bersyukur kepada-Mu, sedangkan syukurku kepadamu itu adalah nikmat-Mu kepadaku?” Maka Allah berfirman:”Sekarang engkau telah bersyukur kepadaku wahai Dawud.”
Maksudnya (engkau telah bersyukur) ketika engkau telah mengetahui bahwa engkau tidak dapat memenuhi syukur yang sepatutnya kepada Pemberi nikmat.

Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata: ”Segala puji bagi Allah yang tidak dapat dipenuhi syukur atas salah satu nikmat yang telah diberikan-Nya itu, kecuali dengan nikmat baru yang harus diyukuri pula.” (tafsir Ibnu Katsir QS Ibrahim : 34).


Subhanalloh,, semoga kita termasuk orang yang senantiasa bersyukur...

Semutpun ternyata bersuara

Ternyata semut itu memiliki suara. Ini bisa dibuktikan jika menggunakan perekam suara super sensitif. Gak usah jauh-jauh, telinga kita juga bisa digunakan. Caranya? Hanya jika seekor semut terperangkap masuk kuping!
Ha! Seperti yang pernah saya alami, hampir 10 tahun yang lalu. Tak sengaja seekor semut nylonong masuk kuping, spontan saya panik!
Di tengah kepanikan tersebut, tiba-tiba suara-suara asing mengagetkan saya!
Apa itu? Ah ternyata dari dalam kuping saya sendiri. Karena sumber suara yang sangat dekat dengan organ sensitif penangkapnya nun jauh di rongga telinga alias tepat seperti jika anda memasukan suara anda ke lobang beduk, lalu beduk itu ditabuh, maka suara-suara yang saya dengarpun seperti audio berkualitas ribuan kbps (kilo byyte per second/ ukuran kedalaman suara), jelas, jernih dan sangat dekat…
Seperti itulah!
Suara-suara itu seperti cericit seekor tikus yang panik dalam sergapan kuku-kuku tajam pemangsanya. Seperti itulah! Hanya beberapa detik lalu sepi. Mati mungkin ia.
Dari sana saya mengambil pelajaran bahwa sungguh Tuhan telah menciptakan telinga kita dengan sangat sempurna. seandainya saja tidak ada semacam zat yang dikeluarkan telinga guna melindungi dan mengeluarkan kotoran, mungkin ketika kita tidur, lubang telinga bisa jadi tempat penginapan gratis para serangga!
Hanya beberapa detik, namun fenomena satu itu tak pernah saya lupakan. Kelak mungkin jika teknologi lebih maju selangkah lagi, manusia akan mempelajari bahasa apa yang digunakan oleh semut hingga bisa sedemikian canggih berkomunikasi, membangun peradaban, membangun masyarakat, koloni, mempertahankannya nun jauh di bawah tanah, nun jauh di dalam kegelapan, sampai detik munculnya makhluk yang menyaingi mereka bernama manusia.
Serangga dan perbagai makhluk telah datang silih berganti, akan tetapi masih banyak yang belum kita ungkap dari kecanggihan desain penciptaan mereka. Demikianlah..

Tuesday, February 8, 2011

Pernah Ngutangin Teman ??????????

Pernah ngutangin teman?

Pernah gak dilunasin? bahkan si pengutang berpura-pura lupa?
Marah dong? kesel? .. padahal kan uangnya juga buat diputer lagi ... kalo gk dibalikin?
uhh .. ini ujian banget buat teman2 yang pernah mengalaminya, apalagi teman2 yang pedagang :D

so, baca kisah ini yuk, insyaAllah bisa jadi pelajaran .. kedepannya teman sudah lebih arif lagi menyikapi persoalan ini .. aminn ..

Dia berdiri di depan hakim dan mengingkari bahwa ia telah berutang sebanyak 500.000 dinar milik ahli waris Syekh Ibrahim Muhammad. Hakim memintanya untuk bersumpah bahwa Syekh Ibrahim tidak pernah memberinya utang sebanyak itu dan pemberian itu bukan utang. Lalu ia bersumpah kemudian setelah itu hakim menetapkan bahwa ia tidak berutang. Belum lagi ia sempat keluar dari pintu pengadilan, ia terjatuh dan mati.

Kejadian ini terjadi pada tahun 1954 di salah satu kota di negara Irak. Namun kisah tersebut tidak bermula seperti ini. Kami akan ceritakan kisah kejadian sebenarnya.

Syekh Ibrahim adalah seorang pedagang besar yang dermawan. Ia tidak pernah menolak orang yang meminta atau mengecewakan orang yang berharap kepadanya.

Pada suatu hari Sayyid Jabir datang ke kantor beliau di Khan Syath di tepi sungai Tigris, lalu mengemukakan maksudnya. Sayid Jabir berkata kepada Syekh Ibrahim, “Saya adalah tetangga Anda, ayahku termasuk sahabat karib Anda. Ketika wafat, ia berpesan jika saya ada keperluan atau ada kesulitan agar meminta bantuan Anda. Sebagaimana Anda ketahui bahwa pada tahun ini hasil panen tidak menguntungkan, tanah menjadi kering, hujan tidak turun dan kondisi semakin sulit.
Aku tak tahu bagaimana cara mengatasinya. Aku telah berutang kepada rentenir. Aku harus membayar utangku tersebut, jika tidak maka rahasiaku akan terbongkar dan rival-rivalku akan tertawa melihatku. Hari ini aku mendatangi Anda semoga Anda sudi meminjamkan uang sebesar 500.000 dinar untuk membayar utang yang melilit leherku kepada rentenir, membeli bibit dan untuk mengatasi urusanku. Aku berjanji akan membayar utangku pada musim panen gandum di tahun depan.”

Syekh berdiri ke brankas uang yang ada di kantornya dan memberikan kepada Sayyid Jabir lalu menuliskan jumlah uang tersebut dalam buku kas. Jabir mengucapkan rasa terima kasihnya atas pemberian itu dan meminta agar dituliskan dibuat surat promes (surat pengakuan utang). Namun, Syekh berkata, “Terima kasih saya rasa tidak perlu, cukuplah Allah saksi antara engkau dan aku, Dia sebaik-baik Wakil dan sebaik-baik saksi.”

Satu tahun kemudian Syekh Ibrahim meninggal dunia secara mendadak karena serangan jantung dengan meninggalkan seorang istri dan empat orang anak, yang sulung masih berusia 13 tahun. Istri beliau memeriksa buku-buku kas perdagangan suaminya yang dibantu oleh saudaranya yang profesinya sebagai seorang pengacara. Dari dalam buku tersebut si istri mengetahui secara rinci orang-orang yang berutang kepada suaminya.

Hari-hari dan bulan terus berlalu setelah kematian suaminya, lalu ia mengirim utusan ke Sayyid Jabir untuk menagih utang suaminya. Tetapi, Sayyid Jabir mengingkari bahwa ia pernah berutang kepada suaminya. Ia mengaku telah membayar utang tersebut kepada suaminya. Mungkin suaminya lupa mencatat pembayaran tersebut di buku kas.

Kisah ini terdengar oleh orang banyak. Sebagian mendengar bahwa Syekh Ibrahim telah memberikan utang kepada Sayyid Jabir dan mereka katakan bahwa Sayyid telah membayar utang tersebut. Jika Sayyid Jabir masih berutang tentunya ia telah menunjukkan kepada ahli waris promes (surat pengakuan utang) setelah Syekh Ibrahim meninggal.

Dalam menanggapi masalah ini para tetangga terbagi menjadi dua kubu, kubu yang berpihak kepada ahli waris Syekh Ibrahim yaitu mereka mengatakan bahwa beliau meminjamkan uang dengan mencukupkan hanya Allah sebagai saksi tanpa ada surat-surat perjanjian dan kubu yang membela Sayyid Jabir, mereka katakan bahwa tidak mungkin Syekh Ibrahim memberi sejumlah uang tanpa ada promes.

Istri Syekh Ibrahim meminta bantuan beberapa orang-orang shalih di lokasinya untuk membujuk agar Sayyid Jabir mau membayar utang tersebut. Namun, ia tetap mengingkarinya dan tetap bersikeras serta menolaknya, seakan ia sebuah batu gunung yang keras.

Sebagaimana (di kalangan bangsa Arab-red) obat yang dijadikan pamungkas adalah kay (besi yang dipanaskan), demikian juga akhir perselisihan diputuskan melalui pengadilan. Perkara ini diangkat ke dewan hakim. Istri Syekh Ibrahim mewakilkan perkara ini kepada saudaranya yang pengacara untuk melaporkannya kepada para hakim.

Pada hari persidangan, si tertuduh hadir di depan pengadilan, lalu menyerahkan urusan ini kepada hakim yang menceritakan secara rinci kepadaku kisah tersebut. Di antara yang ia katakan, “Aku sangat yakin bahwa Sayyid Jabir pernah berutang kepada Syekh Ibrahim sebanyak itu. Namun, aku tidak punya bukti sama sekali selain buku kas yang mencantumkan uang yang telah dia pinjamkan kepada masyarakat. Hanya berupa bukti ini, tidak cukup kuat untuk dijadikan Sayyid sebagai tertuduh.”

Sayyid Jabir tidak mengingkari bahwa ia pernah berutang dengan Syekh Ibrahim, tetapi ia katakan bahwa ia sudah memulangkan utang tersebut setahun setelahnya.

Salah seorang saksi mengatakan bahwa ia mendengar bahwa Sayyid Jabir memuji Syekh Ibrahim dan menyebutkan bahwa ia telah menyelamatkannya dari kemiskinan dan kefakiran dengan memberinya pinjaman uang dan menjadikan Allah sebagai saksi, namun saksi tersebut tidak menyebutkan jumlah uang yang dipinjam dan kapan ia mendengarnya dari Sayyid Jabir.

Semua perkara ini seakan terbang dihembus angin. Aku berusaha menggiringnya agar mengakui utang tersebut, namun dia dapat berkelit dalam memberikan jawaban.

Dalam menyelesaikan perkara seperti ini harus menggunakan kaidah, “Penuduh harus mendatangkan bukti dan sumpah bagi yang mengingkari.”

Aku katakan kepada si tertuduh, “Apakah Anda berani bersumpah dengan nama Allah bahwa Anda punya utang 500.000 dinar dengan Syekh Ibrahim dan sudah Anda bayar kepada Syekh?”
Tertuduh menjawab, “Aku bersumpah atas nama Allah.”
Lalu ia memberikan sumpahnya. Kemudian sang hakim menetapkan bahwa Sayyid Jabir tidak berutang.

Tertuduh keluar dari persidangan dengan sombong seraya mengangkat kepala. Ia saat itu sangat bersemangat, gagah, sehat, kuat dan masih berusia muda. Ketika hendak meninggalkan persidangan bersama para hadirin, tiba-tiba aku mendengar suara gaduh dari ruang persidangan.

Aku bergegas keluar melihat apa gerangan yang sedang terjadi. Aku terkejut melihat si tertuduh yang tadi di hadapanku, yang sebelumnya dalam keadaan segar-bugar, bersemangat, masih muda dan gagah tiba-tiba tergeletak di lantai dengan mata terbelalak, mulut terbuka dan wajah menguning seolah-olah pohon busuk yang tumbang di atas tanah tidak mempunyai kekuatan apa pun. Orang-orang di sekitarnya berbisik, “Ia telah mati.”

Istri Syekh Ibrahim tinggal di dekat rumah. Dia masih mempunyai hubungan keluarga denganku dan aku ingin mendengar kisah tersebut darinya maka aku bertanya tentang berita tersebut. Di antara yang ia katakan,

“Syekh Ibrahim adalah seorang yang senang berbuat baik kepada masyarakat terutama kepada para tetangga beliau. Beliau meminjamkan uang kepada orang-orang yang membutuhkan dengan hanya mencatat utang tersebut di buku pribadinya.
Aku pernah menyesali perbuatannya itu, namun ia berkata, ‘Harta ini milik Allah, dahulu aku fakir lalu Allah memberi aku kekayaan. Dahulu aku yatim kemudian Allah memberi aku perlindungan. Aku tidak akan menghardik anak yatim dan membentak si peminta.’ Biasanya ia mengakhiri ucapannya, ‘

Wahai seandainya setiap kuburan mempunyai utang kepadaku.’ Aku menyaksikan persidangan Sayyid Jabir dan aku mendengar ucapannya dan aku tidak ragu bahwa Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Setelah terdakwa memberikan sumpahnya maka Hakim memutuskan bahwa ia tidak berutang. Ketika tertuduh bersumpah, tubuhku merinding karena aku yakin sekali bahwa ia berbohong dan telah durhaka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pada saat itu aku bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,

‘Sesungguhnya Engkau mengetahui yang rahasia dan yang tersembunyi dan Engkau Maha Mengetahui ilmu-ilmu gaib, jika Sayyid Jabir berdusta dalam sumpahnya maka jadikanlah ia sebagai pelajaran bagi manusia… wahai yang Maha Kuat dan Maha-perkasa. Si tertuduh keluar dari ruang sidang dan aku memperhatikannya namun beberapa langkah dari pintu ruang sidang ia jatuh dan mati.”

Sungguh Sayyid telah selamat dari hukum dunia namun ia takkan selamat dari Hakim langit dan bumi. Tidak terjadi pertengkaran antara Sayyid dan ahli waris Syekh Ibrahim, bahkan yang terjadi antara dia dan Penguasa langit dan bumi.

Pada suatu malam di musim dingin, ketika udara dingin sangat menusuk disertai dengan curahan hujan, ketika orang-orang sudah beranjak ke peraduan dan udara dingin tidak membiarkan mereka menikmati kehangatan dan waktu istirahatnya, pada saat itu malam sudah larut dan gelap gulita tiba-tiba bel rumah Syekh Ibrahim berdering terus menerus dengan kuat. Seorang wanita berpakaian hitam di temani seorang anak berusia enam tahun berada di pintu. Istri Syekh Ibrahim membuka pintu tersebut untuk melihat siapa gerangan sang pengetuk pintu, ternyata ia adalah istri Sayyid Jabir bersama anak tunggalnya.

Istri Sayyid Jabir berkata kepada istri Syekh Ibrahim, “Suamiku telah mengingkari bahwa ia berutang kepada Syekh Ibrahim, namun aku tahu ia berdusta. Aku telah mengharapkan padanya agar ia mau membayar utang tersebut dan aku terus mendesaknya, namun tetap bersikeras melakukan kejahatannya itu.”
Dan sekarang suamiku telah membayar kedustaannya dengan harga yang sangat mahal. Inilah uang yang dulu pernah dipinjam suamiku dari suamimu.”

Lalu ia meletakkan kantong yang berisikan uang sebanyak 500.000 dinar lantas bergegas kembali ke rumahnya diikuti oleh anaknya tanpa mendengar sepatah kata pun dari istri Syekh Ibrahim. Istri Syekh Ibrahim tercenung di pintu rumahnya melihat dua bayangan pergi hingga hilang di kegelapan. Ia pergi ke peraduan sambil mendengar derai air hujan dan hembusan angin.

Allah tidak lupa dengan semut hitam di bawah batu hitam bagaimana mungkin Dia lupa denganmu wahai manusia..?

Tidakkah engkau membaca Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala (artinya),

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya.” (QS. Huud [11]: 6).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya ruh suci berhembus di jiwaku bahwa setiap yang bernyawa tidak akan mati hingga ia memperoleh semua rezekinya.”

Sesungguhnya keyakinan terhadap Allah, beriman, bertauhid, bertawakkal dan berbaik sangka kepada-Nya adalah jalan kebaikan dan kesejahteraan.


[Sumber: Serial Kisah Teladan karya Muhammad Shalih al-Qahthani, seperti yang dinukil dari Kisah-Kisah Su’ul Khatimah karya Manshur bin Nashir al-’Iwaji, dengan perubahan seperlunya]

Untuk Para Ayah

Apakah Anda termasuk ayah yang berkeyakinan seperti ini ;

"Ayah kan sudah keluar seharian sampai kadang pulang malam mencari uang demi anak. Supaya bisa memberikan gizi yang lebih baik, menyekolahkan di tempat yang berkualitas yang biasanya mahal, memenuhi fasilitas belajar dan kehidupan anak-anak. Jadi pendidikan, diserahkan ke ibunya saja."

Jika Anda tipe ayah seperti ini, terjemahan dalam rumahnya menjadi begini ;

"ibu yang mengurusi semua semua hal tentang pendidikan baik ilmu ataupun keteladanan, kemudian pertemuan dengan ibu dianggap sudah cukup mewakili, efeknya merasa tidak terlalu penting pertemuan fisik ayah dengan anaknya, dan akhirnya ayah menumpahkan kesalahan yang dilakukan anak kepada ibu yang tidak becus mendidik, tanpa merasa ada andil kesalahan ayah di sana."


Anda ayah yang seperti ini?
Jika iya jawaban Anda,
atau: mungkin,
atau: kayaknya sebagian benar tuh.

Maka, sungguh Anda akan kehilangan anak-anak Anda di kemudian hari.
Saat anak Anda memasuki pelataran masa depannya dan Anda telah memasuki kamar usia senja.
Atau bahkan lebih cepat dari itu. Berbagai tsunami masalah menghantam kenyamanan rumah Anda karena ulah anak Anda yang baru gede.

Para ayah yang dirahmati Allah, yuk kita baca nasehat ini. Nasehat yang datang dari seorang ulama ternama abad 8 H. Semoga para ayah mendapatkan petunjuk Islam tentang keayahan.

Ibnu Qoyyim rahimahullah dalam kitab (Tuhfatul maudud 1/242, MS)
secara tegas mengatakan bahwa penyebab utama rusaknya generasi hari ini adalah karena ayah.

* ini pendapat Imam Ibnu Qoyyim ra; jika gak merasa dilarang "Manyun" please...:)

Beliau mengatakan,

“Betapa banyak orang yang menyengsarakan anaknya, buah hatinya di dunia dan akhirat karena ia tidak memperhatikannya, tidak mendidiknya dan memfasilitasi syahwat (keinginannya), sementara dia mengira telah memuliakannya padahal dia telah merendahkannya. Dia juga mengira telah menyayanginya padahal dia telah mendzaliminya. Maka hilanglah bagiannya pada anak itu di dunia dan akhirat.

Jika Anda amati kerusakan pada anak-anak, penyebab utamanya adalah ayah”.

Bacalah kalimat yang paling bawah :

Jika Anda amati kerusakan pada anak-anak, penyebab utamanya adalah ayah.

Imam Ibnu Qoyyim ‘menuduh’ Anda semua, para ayah. Di mana penyebab utama kesengsaraan anak, buah hati ayah di dunia dan akhirat adalah ayah.

Hal ini disebabkan oleh 3 hal: Tidak memperhatikan. Tidak mendidik. Tidak memfasilitasi syahwat.
Astaghfirullah...bagaimana nih, para ayah...?

Untuk menguatkan kalimat mahal di atas, mari kita simak pemaparan hasil penelitian ilmuwan hari ini.

Dr. Tony Ward dari University of Melbourne, Australia melakukan penelitian. Dalam penyelidikannya, para periset mewawancarai 55 laki-laki yang dipenjara karena penganiayaan terhadap anak-anak dan 30 laki-laki yang dipenjara karena terlibat kasus pemerkosaan.

Mereka diminta memberikan persepsi-nya terhadap hubungan mereka di masa kanak-kanak dengan ayah dan ibunya. Sebagai perbandingan, para peneliti juga mewawancarai 32 laki-laki yang dipenjara karena kejahatan kriminal dan 30 laki-laki yang dipenjara bukan karena kekerasan atau kejahatan seksual.

Lebih lanjut, para pemerkosa dan pelaku penganiayaan anak-anak ini, rata-rata menggambarkan ayahnya bersikap "menolak" dan "kurang konsisten" ketimbang ibu mereka. "Jelas sekali, bahwa sikap dan kebiasaan yang dimiliki para ayah memiliki pengaruh kuat terhadap pertumbuhan anak-anaknya, terutama terhadap para pelaku kejahatan seksual dan penganiayaan anak-anak. Ya, setidaknya begitulah yang terjadi terhadap para penjahat di penjara," kata Ward.

Penelitian tentang keayahan juga dilakukan oleh Melanie Mallers, asisten profesor di California State University di Fullerton.

Dalam studi tersebut, Mallers dan rekannya meneliti 912 pria dewasa dan wanita - usia 25-74 - melalui telepon tentang tingkat stres mereka selama delapan hari

Temuan penelitian disajikan hari Kamis pada konvensi tahunan American Psychological Association di San Diego, Pria yang cenderung bereaksi negatif terhadap stres setiap hari melaporkan bahwa sebagai anak-anak

"Mereka sangat sedikit kehangatan dari ayah mereka, sedikit dukungan dan kasih sayang. Mereka tidak hadir secara fisik bagi mereka dan tidak membuat mereka merasa percaya diri," kata Mallers. "They weren't involved in their lives overall (Mereka tidak terlibat dalam kehidupan mereka secara keseluruhan)."

Astaghfirullahal ‘adzim....
Mari istighfar yang banyak, para ayah...

Dua penelitian tersebut hanya menguatkan kalimat Ibnu Qoyyim yang sudah dituliskan sejak 7 abad sebelum penelitian ini dihasilkan.

Dua pelajaran penting untuk para ayah semua dari pembahasan ini:

Petunjuk para ulama tentang konsep parenting, sungguh luar biasa. Walaupun kalimat tersebut bukan wahyu, tetapi bersumber dari wahyu dan pengalaman mahal orang besar.

Seriuslah menjadi ayah.
Mari kita belajar bersama untuk menjadi ayah. Karena coretan kegagalan dan kumuhnya akhlak anak, ternyata ukiran tangan kita semua.... para ayah.

Astaghfirullahal ‘adzim, wa atuubu ilaih

Thursday, February 3, 2011

Oase Jiwa


Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan

Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang disekelilingmu tersenyum - jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang-orang di-sekeliling-mu menangis.

Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka


Hari ini Aku akan memulainya dengan ucapan syukur dan senyuman bukan kritikan. Akan kuhargai setiap detik, menit dan jam, karena tak sedetik pun dapat ditarik kembali. Hari ini tidak akan kusia-siakan, seperti waktu lalu yang terbuang percuma. Hari ini takkan kuisi dengan kecemasan tentang apa yang akan terjadi esok. Akan kupakai waktuku untuk membuat sesuatu yang kuidamkan terjadi. Hari ini aku belajar lagi, untuk merubah diri sendiri.Hari ini akan kuisi dengan karya. Kutinggalkan angan-angan, yang selalu mengatakan: "Aku akan melakukan sesuatu jika keadaan berubah." Jikalau keadaan tetap sama saja, dengan kemurahan-Nya aku tetap akan sukses dengan apa yang ada padaku. Hari ini aku akan berhenti berkata: "Aku tidak punya waktu" Karena aku tahu, aku tidak pernah mempunyai waktu untuk apapun. Jika aku ingin memiliki waktu, aku harus meluangkannya. Hari ini akan kulalui seolah hari akhirku. Akan kulakukan yang terbaik dan tidak akan ditunda sampai esok. Karena hari esok belum tentu ada.